Kamis, 27 September 2012
PERINGATAN HUT RI KE-67 DI PKBM AL-FIRDAUS SABAH MALAYSIA
Pasukan Pengibar Bendera PKBM Al-Firdaus Sabah Malaysia
MUHAMMAD FIRDAUS ABDULLAH G. ATAWUWUR ( Ketua Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia )
Selasa, 20 Maret 2012
40.000 Anak TKI Tak Sekolah
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Anak-anak TKI menempuh ujian nasional Paket A di kompleks perusahaan perkebunan kelapa sawit Felda Plantations Sendirian Berhad di Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur, Jumat (3/7/2009) lalu.
Anak-anak TKI menempuh ujian nasional Paket A di kompleks perusahaan perkebunan kelapa sawit Felda Plantations Sendirian Berhad di Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur, Jumat (3/7/2009) lalu.
Senin, 25 Oktober 2010 | 10:36 WIB
KINABALU, KOMPAS.com — Dari sekitar 50.000 anak tenaga kerja Indonesia yang
tercatat di Sabah, Malaysia, hanya sekitar 10.000 anak yang mengenyam pendidikan
sekadarnya. Sebanyak 40.000 anak lainnya tidak mengenyam pendidikan. Jumlah
anak yang tak mengenyam pendidikan lebih banyak lagi jika ditambah dari wilayah
lain.
Kenyataan ini terungkap dalam
kunjungan kerja Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Kota Kinabalu,
Sabah, Jumat-Sabtu (23/10/2010). Pada kesempatan itu, Nuh berdialog dengan para
tenaga kerja Indonesia (TKI), para siswa, dan pendidik, serta mengunjungi pusat
kegiatan belajar masyarakat (PKBM) untuk anak-anak TKI. Beliau didampingi antara
lain oleh Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Tatang Razak dan Konsul Jenderal
RI di Kota Kinabalu Soepeno Sahid.
Soepeno menjelaskan, anak-anak TKI,
khususnya di Sabah, baru mendapatkan pendidikan sekadarnya; asalkan bisa
membaca, menulis, dan menghitung. Anak-anak Indonesia itu tidak boleh menjadi
siswa di sekolah milik Pemerintah Malaysia, sedangkan untuk bersekolah di
sekolah swasta, mereka tidak sanggup karena biayanya mahal.
Para pekerja Indonesia itu umumnya
bekerja di pabrik kayu, kelapa sawit, hingga pembantu rumah tangga. Kebanyakan
TKI itu sudah bekerja di Sabah selama belasan hingga puluhan tahun. TKI itu
terutama berasal dari Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Sumatera, dan Jawa.
Walau demikian, sejumlah anak TKI
akhirnya bisa mengenyam pendidikan nonformal dan ikut ujian paket kesetaraan
karena adanya inisiatif dari guru-guru sukarelawan dari kalangan TKI yang
prihatin dengan masa depan anak-anak bangsa ini. Adapun yang tidak bersekolah
banyak yang ikut bekerja bersama orangtua mereka di perkebunan-perkebunan di
wilayah Sabah yang lokasinya terpencar-pencar.
Menurut Soepeno, layanan pendidikan
nonformal untuk anak-anak TKI masih memiliki kendala legalitas pelaksanaan.
Pasalnya, Kementerian Pelajaran Malaysia tidak mengenal istilah pendidikan
nonformal yang dilaksanakan PKBM atau learning center seperti yang
diterapkan di Indonesia. Pendidikan di Malaysia hanya lewat jalur formal.
Lakukan pendekatan
Pemerintah Indonesia hingga saat ini
terus melakukan pendekatan kepada Pemerintah Malaysia agar
perusahaan-perusahaan Malaysia yang mempekerjakan TKI memberikan fasilitas
tempat untuk learning center.
Bibiana Pulo Beda, pimpinan PKBM
Biah di Keningau yang berjarak sekitar 6 kilometer dari pusat Kota Kinabalu,
mengatakan, kesadaran orangtua untuk menyekolahkan anak-anak mereka cukup
tinggi karena mereka berharap keturunannya berpendidikan dan bisa memiliki masa
depan yang lebih baik. Sementara itu, Nuh mengatakan bahwa anak-anak TKI
layaknya anak-anak di Tanah Air. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan. (ELN)
TKI Sabah Keluhkan Pungutan Paspor
Para buruh melunasi pungutan dengan mencicil
lewat pemotongan upah tiap bulan. ”Kami dipungut 32 ringgit Malaysia sebulan
lalu oleh pengurus ladang dan pejabat konsulat yang datang ke sini. Rinciannya,
22 ringgit untuk paspor dan 10 ringgit untuk pasfoto,” kata Rustan, TKI yang
bekerja di Felda Plantations Sdn Bhd di Lahad Datu, Sabah, Sabtu (4/7).
Buruh lain, Warsidah, mengaku bingung.
Sepengetahuan dia, biaya pengurusan paspor ditanggung perusahaan. ”Karena takut
dengan pengurus ladang dan konsulat, kami terpaksa membayar,” katanya.
General Manager Wilayah 8 Felda Plantations Sdn
Bhd Roserun bin Sunman mengatakan, pengurusan paspor TKI yang bekerja di
perusahaannya tidak melalui perantara. Perusahaan meminta staf Konsulat
Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu untuk datang melayani
pengurusan paspor TKI.
Menurut Roserun, TKI seharusnya tidak dipungut
biaya apa pun sebab biaya pengurusan dokumen keimigrasian ditanggung lebih dulu
oleh perusahaan. ”Tampaknya ada pihak yang ingin memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan. Itu di luar kemampuan pengawasan kami. Yang jelas, kami setor ke
konsulat 22 ringgit Malaysia per buruh,” katanya.
Roserun mengakui ada biaya lain yang dibebankan
kepada buruh, yakni pajak pekerjaan sebesar 260 ringgit Malaysia. Namun, biaya
itu tidak disetorkan ke Indonesia, melainkan ke Pemerintah Malaysia.
Adi Priyanto, pejabat Fungsi Konsuler
Keimigrasian pada KJRI Kota Kinabalu, mengatakan, biaya pengurusan paspor yang
berlaku saat ini 18 ringgit Malaysia, lebih murah dari sebelumnya. Namun, itu
belum termasuk biaya lain yang ditetapkan Pemerintah Malaysia, seperti pajak
dan asuransi.
Adi mengatakan, di Sabah ada 217.567 TKI
terjaring program pendaftaran pekerja asing tanpa izin yang pendaftarannya
berakhir pada Oktober 2008. Sebanyak 127.569 orang di antaranya adalah TKI,
sedangkan sisanya adalah anggota keluarga, seperti anak, istri, atau suami.
(BRO)
Top of Form
Kamis, 15 Maret 2012
MARS YPPAI
MARI
KITA SATUKAN HATI
BULATKAN
TEKAD
BERGANDENG
TANGAN
KITA
MELANGKAH
BERSAMA
YAYASAN PEDULI ANAK INDONESIA
DEMI SUKSENYA PENDIDIKAN
BAGI ANAK-ANAK PARA PAHLAWAN DEVISA
YANG KINI TERLANTAR DI NEGRI ORANG
MENANGIS MERINTIH DALAM KEGELAPAN
TANPA SINAR TERANG MENUNTUN MEREKA
MARI KITA TUNTUN MEREKA
MENUJU MASA DEPAN YANG CERAH NAN JAYA.
Sabtu, 10 Maret 2012
UNDANGAN HUT YPPAI Ke-6
YAYASAN PEDULI PENDIDIKAN ANAK INDONESIA
(INDONESIAN CHILDREN EDUCATION
AWARENESS FOUNDATION)
Berdasarkan Akta Notaris: Zainun Ahmadi, SH. Nomor: 16 tanggal
31 Juli 2008
Kantor Pusat : Jl. Bukit Serua Indah Roswood Garden Blok G-17. 15414
Ciputat,
Tangerang Selatan, Banten Indonesia
Tangerang Selatan, Banten Indonesia
Kantor Perwakilan : Ladang Felda Plantations Sdn.Bhd, Sahabat 43,
Peti Surat 43,
Pos Cendrawasih 91150, Lahad Datu Sabah. Tlp. +60145712145
Pos Cendrawasih 91150, Lahad Datu Sabah. Tlp. +60145712145
E-mail/Blog : yppai2008@yahoo.co.id, alfirdaus.pkbm @yahoo.com /
www.yppai.blogspot.com
Nomor : 65/YPPAI-PUSAT/03/2012 Felda, 10 Maret 2012
Lampiran : -
Perihal : HUT YPPAI Ke-6
KEPADA
Yth, Bapak / Ibu /
Saudara / Saudari
Di –
Tempat.
“DIRGAHAYU
YPPAI KE-6“
Assalamualaikum
Wr. Wb
Sehubungan
dengan peringatan Hari Ulang Tahun Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia
yang Ke-6, yang akan di laksanakan pada:
Hari :
Kamis
Tanggal : 29 Maret 2012
Pukul : 07.30
Pm. Sampai selesai
Tempat :
Pekarangan Kantor YPPAI Perwakilan Sabah Malaysia, Ladang Felda Sahabat 43,
Bandar Kembara Sakti, Sabah Malaysia.
Maka bersama
ini kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari agar dapat memberikan dukungan
dan semangat belajar bagi anak – anak Indonesia yang berada dibawah naungan
Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia.
Demikian
Undangan kami atas kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/saudari kami ucapkan terima
kasih.
Untuk
informasi lebih lanjut kunjungi website kami di
www.yppai.blogspot.com
Wassalamualaikum
Wr.Wb
Panitia Pelaksana, HUT YPPAI Ke-6
( Asyib Al – Nguqoili, S.Pd.I )
Sekretaris
Panitia Pelaksana, HUT YPPAI Ke-6
( Asyib Al – Nguqoili, S.Pd.I )
Sekretaris
SEPENGAL KATA DALAM MENYAMBUT HUT YPPAI KE-6 OLEH KETUA YPPAI
Seiring dengan berjalanya waktu, tak disadari
bahwa pada tanggal 29 Maret 2012 YPPAI telah memasuki usia yang Ke-6 dalam
memberikan pelayanan Pendidikan pada Anak-anak para tenaga Kerja Indonesia
(TKI), di wilayah Perkebunan Kelapa Sawit Negara tetangga Sabah Malaysia.
Sampai dengan saat ini YPPAI telah membina
dan mendidik anak-anak para Pahlawan Devisa Negara ± 2000 anak yang tersebar di
12 titik pelayanan dalam kawasan perkebunan milik Felda. Para warga belajar
berusia mulai 1 Tahun sampai 17 Tahun, yang mengikuti Pendidikan Paket A Setara
SD, Paket B Setara SMP dan Paket C Setara SMA. Dan juga Pendidikan Anak Usia
Dini atau PAUD.
YPPAI menyadari bahwa masih banyak kelemahan
dan kekurangan dalam memberikan pelayanan Pendidikan bagi anak-anak TKI, namun
pihak YPPAI secara perlahan langkah demi langkah akan memperbaiki sistim
Pendidikan yang ada agar anak-anak dapat belajar lebih baik lagi dan para Tutor
atau Guru juga lebih semangat lagi dalam mengajar dan mendidik anak-anak Para
pahlawan Devisa Negara.
YPPAI menyadari bahwa tidaklah mudah
melaksanakan kegiatan pembelajaran ini dengan sebebas-bebasnya, sebab kita
berada di Negara orang apalagi berbagai tantangan dan berbagai gejolak silih
berganti yang menerpa YPPAI dalam memberikan pelayanan Pendidikan. Namun
hal-hal ini dihadapi dengan tenang dan di terima dengan lapang dada demi
generasi Nusa dan Bangsa.
Seiring dengan Peringatan Hari Ulang Tahun
YPPAI yang Ke-6 ini, saya mengajak kita semua mari bergandengan tangan
memberikan perhatian dan kepedulian terhadap anak Bangsa kita yang sedang Haus
dan Lapar akan Pendidikan, jangan biarkan mereka Lapar dan Haus akan
Pendidikan, tapi selamatkan mereka, mereka adalah anak Bangsa kita, yang perlu
tumbuh dan berkembang secara wajar dan layak.
Jangan biarkan mereka tumbuh dan berkembang
tanpa Pendidikan.
Langganan:
Postingan (Atom)