YAYASAN PEDULI PENDIDIKAN ANAK INDONESIA

Selasa, 20 Maret 2012

40.000 Anak TKI Tak Sekolah




KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Anak-anak TKI menempuh ujian nasional Paket A di kompleks perusahaan perkebunan kelapa sawit Felda Plantations Sendirian Berhad di Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur, Jumat (3/7/2009) lalu.
Senin, 25 Oktober 2010 | 10:36 WIB
KINABALU, KOMPAS.com — Dari sekitar 50.000 anak tenaga kerja Indonesia yang tercatat di Sabah, Malaysia, hanya sekitar 10.000 anak yang mengenyam pendidikan sekadarnya. Sebanyak 40.000 anak lainnya tidak mengenyam pendidikan. Jumlah anak yang tak mengenyam pendidikan lebih banyak lagi jika ditambah dari wilayah lain.
Kenyataan ini terungkap dalam kunjungan kerja Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Kota Kinabalu, Sabah, Jumat-Sabtu (23/10/2010). Pada kesempatan itu, Nuh berdialog dengan para tenaga kerja Indonesia (TKI), para siswa, dan pendidik, serta mengunjungi pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) untuk anak-anak TKI. Beliau didampingi antara lain oleh Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Tatang Razak dan Konsul Jenderal RI di Kota Kinabalu Soepeno Sahid.
Soepeno menjelaskan, anak-anak TKI, khususnya di Sabah, baru mendapatkan pendidikan sekadarnya; asalkan bisa membaca, menulis, dan menghitung. Anak-anak Indonesia itu tidak boleh menjadi siswa di sekolah milik Pemerintah Malaysia, sedangkan untuk bersekolah di sekolah swasta, mereka tidak sanggup karena biayanya mahal.
Para pekerja Indonesia itu umumnya bekerja di pabrik kayu, kelapa sawit, hingga pembantu rumah tangga. Kebanyakan TKI itu sudah bekerja di Sabah selama belasan hingga puluhan tahun. TKI itu terutama berasal dari Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatera, dan Jawa.
Walau demikian, sejumlah anak TKI akhirnya bisa mengenyam pendidikan nonformal dan ikut ujian paket kesetaraan karena adanya inisiatif dari guru-guru sukarelawan dari kalangan TKI yang prihatin dengan masa depan anak-anak bangsa ini. Adapun yang tidak bersekolah banyak yang ikut bekerja bersama orangtua mereka di perkebunan-perkebunan di wilayah Sabah yang lokasinya terpencar-pencar.
Menurut Soepeno, layanan pendidikan nonformal untuk anak-anak TKI masih memiliki kendala legalitas pelaksanaan. Pasalnya, Kementerian Pelajaran Malaysia tidak mengenal istilah pendidikan nonformal yang dilaksanakan PKBM atau learning center seperti yang diterapkan di Indonesia. Pendidikan di Malaysia hanya lewat jalur formal.
Lakukan pendekatan
Pemerintah Indonesia hingga saat ini terus melakukan pendekatan kepada Pemerintah Malaysia agar perusahaan-perusahaan Malaysia yang mempekerjakan TKI memberikan fasilitas tempat untuk learning center.
Bibiana Pulo Beda, pimpinan PKBM Biah di Keningau yang berjarak sekitar 6 kilometer dari pusat Kota Kinabalu, mengatakan, kesadaran orangtua untuk menyekolahkan anak-anak mereka cukup tinggi karena mereka berharap keturunannya berpendidikan dan bisa memiliki masa depan yang lebih baik. Sementara itu, Nuh mengatakan bahwa anak-anak TKI layaknya anak-anak di Tanah Air. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. (ELN)


TKI Sabah Keluhkan Pungutan Paspor

Tawau, Kompas - Para tenaga kerja Indonesia di perkebunan kelapa sawit Felda Plantations Sendirian Berhad, Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur, mengeluhkan pungutan pengurusan paspor sebesar 32 ringgit Malaysia. Padahal, biaya resminya 22 ringgit.
Para buruh melunasi pungutan dengan mencicil lewat pemotongan upah tiap bulan. ”Kami dipungut 32 ringgit Malaysia sebulan lalu oleh pengurus ladang dan pejabat konsulat yang datang ke sini. Rinciannya, 22 ringgit untuk paspor dan 10 ringgit untuk pasfoto,” kata Rustan, TKI yang bekerja di Felda Plantations Sdn Bhd di Lahad Datu, Sabah, Sabtu (4/7).
Buruh lain, Warsidah, mengaku bingung. Sepengetahuan dia, biaya pengurusan paspor ditanggung perusahaan. ”Karena takut dengan pengurus ladang dan konsulat, kami terpaksa membayar,” katanya.
General Manager Wilayah 8 Felda Plantations Sdn Bhd Roserun bin Sunman mengatakan, pengurusan paspor TKI yang bekerja di perusahaannya tidak melalui perantara. Perusahaan meminta staf Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu untuk datang melayani pengurusan paspor TKI.
Menurut Roserun, TKI seharusnya tidak dipungut biaya apa pun sebab biaya pengurusan dokumen keimigrasian ditanggung lebih dulu oleh perusahaan. ”Tampaknya ada pihak yang ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Itu di luar kemampuan pengawasan kami. Yang jelas, kami setor ke konsulat 22 ringgit Malaysia per buruh,” katanya.
Roserun mengakui ada biaya lain yang dibebankan kepada buruh, yakni pajak pekerjaan sebesar 260 ringgit Malaysia. Namun, biaya itu tidak disetorkan ke Indonesia, melainkan ke Pemerintah Malaysia.
Adi Priyanto, pejabat Fungsi Konsuler Keimigrasian pada KJRI Kota Kinabalu, mengatakan, biaya pengurusan paspor yang berlaku saat ini 18 ringgit Malaysia, lebih murah dari sebelumnya. Namun, itu belum termasuk biaya lain yang ditetapkan Pemerintah Malaysia, seperti pajak dan asuransi.
Adi mengatakan, di Sabah ada 217.567 TKI terjaring program pendaftaran pekerja asing tanpa izin yang pendaftarannya berakhir pada Oktober 2008. Sebanyak 127.569 orang di antaranya adalah TKI, sedangkan sisanya adalah anggota keluarga, seperti anak, istri, atau suami. (BRO)
Top of Form


Kamis, 15 Maret 2012

MARS YPPAI



MARI KITA SATUKAN HATI
BULATKAN TEKAD
BERGANDENG TANGAN
KITA MELANGKAH
BERSAMA YAYASAN PEDULI ANAK INDONESIA

DEMI SUKSENYA PENDIDIKAN
BAGI ANAK-ANAK PARA PAHLAWAN DEVISA
YANG KINI TERLANTAR DI NEGRI ORANG
MENANGIS MERINTIH DALAM KEGELAPAN
TANPA SINAR TERANG MENUNTUN MEREKA
MARI KITA TUNTUN MEREKA
MENUJU MASA DEPAN YANG CERAH NAN JAYA.

Sabtu, 10 Maret 2012

UNDANGAN HUT YPPAI Ke-6


YAYASAN PEDULI PENDIDIKAN ANAK INDONESIA
(INDONESIAN CHILDREN EDUCATION AWARENESS  FOUNDATION)

Berdasarkan Akta Notaris: Zainun Ahmadi, SH. Nomor: 16 tanggal 31 Juli 2008
 
Kantor Pusat                      : Jl. Bukit Serua Indah Roswood Garden Blok G-17. 15414 Ciputat, 
                                                  Tangerang Selatan, Banten Indonesia
Kantor Perwakilan         : Ladang Felda Plantations Sdn.Bhd, Sahabat 43, Peti Surat 43
                                                  Pos Cendrawasih 91150, Lahad Datu Sabah. Tlp. +60145712145
E-mail/Blog                      : yppai2008@yahoo.co.id,  alfirdaus.pkbm @yahoo.com / www.yppai.blogspot.com


Nomor            : 65/YPPAI-PUSAT/03/2012          Felda, 10 Maret 2012
Lampiran        : -
Perihal            : HUT YPPAI Ke-6

KEPADA
Yth, Bapak / Ibu / Saudara / Saudari
Di –
                   Tempat.

“DIRGAHAYU YPPAI KE-6“
Assalamualaikum Wr. Wb
Sehubungan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia yang Ke-6, yang akan di laksanakan pada:
Hari                   : Kamis
Tanggal             : 29 Maret 2012
Pukul                 : 07.30 Pm. Sampai selesai
Tempat        : Pekarangan Kantor YPPAI Perwakilan Sabah Malaysia, Ladang Felda Sahabat 43, Bandar Kembara Sakti, Sabah Malaysia.
Maka bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari agar dapat memberikan dukungan dan semangat belajar bagi anak – anak Indonesia yang berada dibawah naungan Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia.
Demikian Undangan kami atas kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/saudari kami ucapkan terima kasih.
Untuk informasi lebih lanjut  kunjungi  website kami di www.yppai.blogspot.com

Wassalamualaikum Wr.Wb

Panitia Pelaksana, HUT YPPAI Ke-6





( Asyib Al – Nguqoili, S.Pd.I )
              Sekretaris

SEPENGAL KATA DALAM MENYAMBUT HUT YPPAI KE-6 OLEH KETUA YPPAI


Seiring dengan berjalanya waktu, tak disadari bahwa pada tanggal 29 Maret 2012 YPPAI telah memasuki usia yang Ke-6 dalam memberikan pelayanan Pendidikan pada Anak-anak para tenaga Kerja Indonesia (TKI), di wilayah Perkebunan Kelapa Sawit Negara tetangga Sabah Malaysia.
Sampai dengan saat ini YPPAI telah membina dan mendidik anak-anak para Pahlawan Devisa Negara ± 2000 anak yang tersebar di 12 titik pelayanan dalam kawasan perkebunan milik Felda. Para warga belajar berusia mulai 1 Tahun sampai 17 Tahun, yang mengikuti Pendidikan Paket A Setara SD, Paket B Setara SMP dan Paket C Setara SMA. Dan juga Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD.
YPPAI menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam memberikan pelayanan Pendidikan bagi anak-anak TKI, namun pihak YPPAI secara perlahan langkah demi langkah akan memperbaiki sistim Pendidikan yang ada agar anak-anak dapat belajar lebih baik lagi dan para Tutor atau Guru juga lebih semangat lagi dalam mengajar dan mendidik anak-anak Para pahlawan Devisa Negara.
YPPAI menyadari bahwa tidaklah mudah melaksanakan kegiatan pembelajaran ini dengan sebebas-bebasnya, sebab kita berada di Negara orang apalagi berbagai tantangan dan berbagai gejolak silih berganti yang menerpa YPPAI dalam memberikan pelayanan Pendidikan. Namun hal-hal ini dihadapi dengan tenang dan di terima dengan lapang dada demi generasi Nusa dan Bangsa.
Seiring dengan Peringatan Hari Ulang Tahun YPPAI yang Ke-6 ini, saya mengajak kita semua mari bergandengan tangan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap anak Bangsa kita yang sedang Haus dan Lapar akan Pendidikan, jangan biarkan mereka Lapar dan Haus akan Pendidikan, tapi selamatkan mereka, mereka adalah anak Bangsa kita, yang perlu tumbuh dan berkembang secara wajar dan layak.
Jangan biarkan mereka tumbuh dan berkembang tanpa Pendidikan.