YAYASAN PEDULI PENDIDIKAN ANAK INDONESIA

Jumat, 17 Februari 2012

Serasa di Tanah Air, Fasilitas Lebih Baik dari SD Negeri

 Sumber: Koran Kaltim
Potret Lembaga Pendidikan Anak-Anak TKI di Sabah-Malaysia (5-habis)
SEKITAR 24 ribu Tenaga Kerja Indoensia (TKI) yang bekerja di perkebunan kelapa sawit Federal Land Development Authority (Felda), wilayah Sabah Malaysia patut bersyukur dengan kehadiran Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Al Firdaus dibawah Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia (YPPAI).
Dengan kehadiran PKBM Al Firdaus, saat ini sudah sekitar 2 ribu dari diperkirakan 5 ribuan anak-anak TKI usia sekolah yang berada di perkebunan kelapa sawit Felda Sabah sudah tersentuh pendidikan. Meskipun pendidikan non formal, namun peserta didik diberikan fasilitas formal dan kualitas yang bisa lebih baik dari sekolah formal di tanah air.
“Kalau setiap pagi turun sekolah, banyak anak-anak kita nunggu bus hantaran sekolah dipinggir-pinggir jalan. Sudah seperti berada di Indonesia, pakai seragam sekolah merah putih yang SD, biru putih yang SMP,” kata Ketua YPPAI, Firdaus Gigo Atawuwur.
Untuk kurikulum, pihaknya juga menggunakan mata pelajaran standar Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) Indonesia. Hanya mulai tahun ini, akan ada tambahan dua mata pelajaran yakni Bahasa Melayu dan Kewarganegaraan yang gurunya dari pihak Malaysia. PKBM Al Firdaus juga memiliki Gudep Pramuka, Tunas Malindo.
“Kalau setiap upacara, anak-anak kita menganyikan dua lagu. Pertama lagu Indonesia Raya, yang kedua lagu kebangsaan Malaysia. Karena kita mengambil prinsip, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung,” jelasnya.
Apalagi, Pemerintah Malaysia dan Felda yang merupakan perusahaan milik Kerajaan Malaysia (BUMN) turut mendukung penuh penyelenggaraan pendidikan untuk anak-anak TKI tersebut. Perijinan diberikan Pemerintah Malaysia dan fasilitas pendidikan dibantu oleh Felda.
Baru-baru ini, PKBM Al Firdaus mendapat bantuan 10 unit komputer dari Felda Pro Data.Rencananya, komputer itu akan dipergunakan untuk untuk membuka fasilitas laboratorium PKBM. "Jadi anak-anak kita nanti sudah tahu komputer, tahu internet, bisa belajar banyak hal melalui internet," ujarnya.
Jika dibandingkan dengan fasilitas sekolah dalam negeri didaerah pedalaman seperti di Krayan Selatan, fasilitas bahkan bisa jauh lebih baik. Pertama gedung sekolah yang diberikan dalam kondisi bangunan permanen, kedua, guru juga diberikan perumahan yang layak huni lengkap dengan perlengkapan rumah tangga.
Beberapa waktu lalu, puluhan siswa Al Firdaus diberangkatkan ke Desa Pare, Kediri selama satu bulan untuk belajar bahasa Inggris. “Sebenarnya PKBM ini pendidikan non formal yang sudah seperti formal, hanya status saja sebagai lembaga pendidikan non formal. Segala fasilitas dan proses belajar sudah sama dengan formal,” ujarnya. Namun untuk menjadikan sekolah formal, pihaknya mengaku terkendala biaya dan proses perijinan yang panjang dan lama.
Salah satu Pejabat Pengurus Besar Wilayah Felda Sahabat, Sabah, Tuan Juany bin H Salleh mengatakan pihaknya memberi perhatian besar terhadap pendidikan, tidak terkecuali untuk anak-anak TKI. “Kita sama-samalah antara Indonesia dan Malaysia, kita serumpun. Mereka tenaga kerja pun datang kesini menyumbang tenaga dan kita tidak melupakan merekalah, jadi anak mereka kita ikut-ikutkan ke program yang baiklah," ujarnya. “Kehadiran mereka umpama patner bagi kita disini, mereka juga menyumbang tenaga disini, kalau tidak ada tenaga kerja susah kita berusaha ketika diladang, mereka juga manusia biasa jadi kita mengambil kira lah,” tambahnya.(kh)

Tak Dianggap Konsulat Indonesia, YPPAI Digandeng Konsulat Filipina

Sumber : Koran Kaltim
Potret Lembaga Pendidikan Anak-Anak TKI di Sabah-Malaysia (4)
MESKIPUN Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Al Firdaus di bawah Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia (YPPAI) telah memberi pendidikan kepada ribuan anak-anak TKI di wilayah perkebunan Federal Land Development Authority (Felda) Sabah Malaysia, namun Konsulat Republik Indonesia (RI) di Tawau Sabah tetap kurang memberi respon dan dukungan.
Tidak ada rekomendasi atau izin diberikan untuk pembukaan lembaga pendidikan non formal tersebut dari Konsulat RI. Sama seperti tiga Sekolah Dasar (SD) Budi Luhur I, Budi Luhur II dan Budi Luhur III yang dibentuk di Keningau Sabah 2006 lalu juga tidak mendapat rekomendasi Konsulat RI.
“Alasannya, bahwa pemerintah Indonesia tidak punya bugget untuk buka sekoah diluar negeri. Jadi saya katakan, saya datang bukan meminta bugget, tapi saya datang meminta rekomendasi, kalau boleh saya direkomendasikan, dinaungi konsulat. Kemudian jawabnya, kami konsulat tidak berhak merekomendasikan, kami tidak melindungi, tapi kami hanya memberi perhatian,” kata Ketua YPPAI Firdaus Gigo Atawuwur mengenang saat meminta rekomendasi ke Konsulat RI.
Bukan hanya tidak didukung, namun ternyata tiga sekolah yang dibentuk dengan kerja keras sejak awal di Keningau itu, dengan alasan tertentu diambil alih Konsulat RI Tawau sejak 2008 sampai sekarang. Setelah itu, ia kemudian membentuk PKBM di Felda Lahad Datu. “Jadi tiga sekolah itu hasil kerja keras saya, saya membantah kalau dikatakan sekolah itu hasil pihak lain,” ujarnya.
Disaat tidak mendapat rekomendasi dan pengakuan dari Konsulat RI, sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia di Tawau Malaysia, justru pengakuan dan pengesahan didapat dari Kementrian Pelajaran Malaysiaa atau Kementrian Pendidikan serta izn dari Distrik Officer (DO) atau setingkat Bupati, Lahad Datu Sabah.
Bahkan YPPAI rencananya akan digandeng Konsulat General Filipina Kuala Lumpur, untuk kerjasama dalam pemberian pendidikan terhadap anak-anak tenaga kerja dari Filipina. Selasa (14/2) kemarin, Konsul General Filipina Kuala Lumpur Renato Villa bersama rombongan mengunjungi Kantor Perwakilan YPPAI di Ladang Felda Sahabat 43, Lahad Datu Sabah.
“Dalam kunjungannya, Konsul Filipina berharap dapat bekerjasama dan menjadikan YPPAI dan Felda Plantations sebagai mitra untuk pendidikan bagi anak-anak Filipina,” kata Ketua YPPAI Firdaus Gigo Atawuwur.
Pihak Konsulat Filipina akan segera menyurati YPPAI secara resmi dan Felda Plantations untuk menjamin kerjasama bidang pendidikan non formal bagi anak-anak tenaga kerja dari Filipina. Jika kerjasama ini sudah terjalin, untuk tenaga pengajar bagi anak-anak asal Filipina akan di atur oleh pihak konsulat, baik mata pelajaran dan gurunya. Mata pelajaran yang berbeda seperti bahasa Tagalok Filipina dan pendidikan kewarganegaraan.
Selain membicarakan rencana kerjasama ini, rombongan juga menyempatkan diri mengunjungi beberapa kelompok belajar dibawah PKBM Al Firdaus dan melihat langsung proses belajar mengajarnya. Saat ini, ada 14 kelompok belajar, terdiri dari 12 tingkat SD dan 2 tingkat SMP dibawah PKBM Al Firdaus dengan jumlah peserta didik sekitar 2.000 termasuk siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). (kh)

Guru hanya Pengabdian, Dapat Tunjangan dari Perusahaan Malaysia

 Sumber: Koran Kaltim
Potret Lembaga Pendidikan Anak-Anak TKI di Sabah-Malaysia (3)
TIDAK seperti beberapa pemberitaan media massa tentang pendidikan anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terlantar di perkebunan kelapa sawit perusahaan Malaysia, ternyata ribuan anak-anak TKI di perkebunan sawit perusahaan Federal Land Development Authority (Felda), Lahad Datu, Sabah Malaysiadapat mengenyam pendidikan yang layak.
Melalui lembaga pendidikan non formal Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Al Firdaus dari Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia (YPPAI), telah dibentuk 14 kelompok belajar terdiri dari 12 tingkat Sekolah Dasar (SD) paket A dan 2 tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)paket B. Saat ini tercatat 1.133 siswa tingkat SD, 70-an tingkat SMP dan 500-an siswa PAUD, meskipun masih banyak anak TKI usia sekolah di areal perkebunan tersebut yang belum bergabung.
Dengan jumlah hampir dua ribu siswa itu, tentu segala operasional kegiatan proses belajar mengajar membutuhkan biayabesar. Pihak PKBM mengenakan iuran siswa sebesar 15 Ringgit Malaysia atau setara Rp45 ribu (kurs Rp3.000 per RM) setiap bulannya untuk membiayai operasional sekolah meskipun tidak juga mencukupi karena banyak siswa yang tidak dapat membayar.
“Kalau semua  bayar bisa terkaver, tapi kan tidak semua, karena kalau rata-rata satu keluarga ada empat anak, sudah berapa?, jadi banyak kebijakan, paling satu dua yang lain tidak bayar,” kata Ketua YPPAI Firdaus Gigo Atuwuwur. Saat ini puluhan ribu RM iuran siswa yang tidak terbayar.
Dalam merekrut tenaga pengajar atau guru,iamenekankan bahwa menjadi pengajar di Al Firdaus bukan mencari penghasilan, melainkan diharapkan sebuah pengabdian terhadap anak-anakpahlawan devisa tersebut. Namundukungan besar Felda, diberikan fasilitas perumahan guru termasuk listrik dan air serta biaya makan dari pihak YPPAI.Saat ini tercatat 35 guru termasuk staf kantor.“Salah satu pernyataan disini adalah mengabdi bukan cari gaji, tapi kita tahu orang kerja pasti butuh makan, itu wajar,” ujarnya.
Yang menjadi ironis, saat Pemerintah Indonesia tidak membantu dana untuk kegiatan belajar mengajar di PKBM Al Firdaus yang menaungi ribuan anak-anak TKI, justru pihak Pemerintah Malaysia memberidukungan penuh melalui Felda sebagai perusahaan negara Malaysia (BUMN) dengan menyediakan segala fasilitas mulai gedung sekolah, perumahan guru, bus anak sekolah.Bahkan Felda memberi tunjangan tambahan penghasilan kepada para guru pengajar sebesar 500 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp1,5 juta (kurs Rp.3.000) per bulannya.
“Kesulitan kita adalah guru, karena merekrut guru untuk datang kesini membutuhkan biaya, sementara kita masih berjalan berdasarkan operasional yang ada 15 ringgit dengan bantuan perusahaan,” jelasnya.“Haram bagi Firdaus, kalau mengambil 15 ringgit itu untuk keperluan pribadi memperkaya diri, umur tidak panjang,” tambahnya.
Selain itu, PKBM Al Firdaus baru-baru ini mendapat bantuan 10 unit komputer dari Felda Pro Data.Rencananya, komputer itu akan dipergunakan untuk untuk membuka fasilitas laboratorium PKBM. "Jadi anak-anak kita nanti sudah tahu komputer, tahu internet, bisa belajar banyak hal melalui internet," ujarnya.
Salah satu Pejabat Pengurus Besar Wilayah Felda Sahabat, Sabah, Tuan Juany bin H Salleh mengatakan pihaknya memberi perhatian besar terhadap pendidikan, tidak terkecuali untuk anak-anak TKI.Pendidikan menurutnya, merupakan hal penting untuk masa depannegara.
"Kita sama-samalah antara Indonesia dan Malaysia, kita serumpun. Mereka tenaga kerja pun datang kesini menyumbang tenaga dan kita tidak melupakan merekalah, jadi anak mereka kita ikut-ikutkan ke program yang baiklah," ujarnya.
Keberadaan TKI di perusahaannya disambut baik dan dinilai sangat mendukung perusahaan."Kehadiran mereka umpama patner bagi kita disini, mereka juga menyumbang tenaga disini, kalau tidak ada tenaga kerja susah kita berusaha ketika diladang, mereka juga manusia biasa jadi kita mengambil kira lah," tambahnya.(kh)

Selasa, 14 Februari 2012

Peroleh Dukungan Pemerintah Malaysia



PEMERINTAH Malaysia melalui Distrik Officer (Bupati) Lahad Datu memberi izin pembukaan pendidikan tersebut, bahkan beberapa waktu lalu PKBM Al Firdaus mendapat pengesahan dari Kementrian Pelajaran Pendidikan Dasar dan Alternatif Malaysia Malaysia. Beberapa pejabat Malaysia mulai anggota legislatif Sabah, Bupati Lahad Datu, Kepala Polisi dan lainnya telah berkunjung kekantor perwakilan YPPAIdi Ladang.
Sementara rekomendasi yang dimilikinya dari Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2009. "Untuk pemerintah Malaysia itu hitung menit izin bisa keluar, tapi kalau di Indonesia birokrasi terlalu panjang," ujarnya.
Sadar bahwa masih banyak anak-anak TKI usia sekolah yang tidak mengenyam pendidikan didalam lokasi perkebunan, kemudian ia mengajukan kerjasama dengan Felda untuk mendirikan sekolah kelompok-kelompok belajar. Tawaran itu mendapat respon baik dan pihak Felda menyediakan segala fasilitas sekolah yang dibutuhkan.
"Dia bilang, kedatanganmu seperti membangunkan kami dari tidur, kemudian memberikan kami bantal," ujarnya.
Hingga kini, sudah ada 13 kelompok belajar tingkat SD dan 2 kelompok belajar tingkat SMP tersebar dilokasi perkebunan Felda Plantations se Sabah Malaysia. Rincinya, 1.133 tingkat SDdan 70-an tingkat SMP. Selain itu siswa PAUD sebanyak 500-an. Jumlah anak-anak TKI diperkebunan Felda sebenarnya masih banyak yang belum mendapat pendidikan. Pada saat mendata tahun 2008 lalu, tercatat lebih dari 3 ribu anak-anak usia sekolah yang tidak sekolah.
PKBM Al Firdaus membuka program pendidikan diantaranya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan keaksaraan fungsional (KF), pendidikan kesetaraan (Paket A, B, C), kursus life skill dan taman bacaan masyarakat.
Felda merupakan perusahaan milik Negara Malaysia (BUMN) yang luasnya dua kali negara Singapura. (kh)
Tidak seperti beberapa pemberitaan media massa tentang pendidikan anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terlantar di perkebunankelapa sawit perusahaan Malaysia, ternyata ribuan anak-anak TKI di perkebunan sawit perusahaan Federal Land Development Authority (Felda), Lahad Datu, Sabah Malaysiadapat mengenyam pendidikan yang layak.
Melalui lembaga pendidikan non formal Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Al Firdaus dari Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia (YPPAI), telah dibentuk 14 kelompok belajar terdiri dari 12 tingkat Sekolah Dasar (SD) paket A dan 2 tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)paket B. Saat ini tercatat 1.133 siswa tingkat SD, 70-an tingkat SMP dan 500-an siswa PAUD, meskipun masih banyak anak TKI usia sekolah di areal perkebunan tersebut yang belum bergabung.(kh)

Kunjungan KEDUBES Philippines di YPPAI


Kunjungan konsul general Embassy of the Philippines Kuala Lumpur Ke yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia – PKBM Al – Al Firdaus Felda Palntations Sdn.Bhd Zon Sabah Malaysia. Pada tanggal 14 Februari 2012.
Kunjungan Konsul General Embassy of the Philippines Kuala Lumpur Renato Villa di damping oleh Bernard L. Bonina (Social Welfare Attache), Juvy T. Ranjit (managing Director APCP Kota Kinabalu) juga di damping oleh Ketua Unit Tenaga Kerja Felda Plantations Zon Sabah Mazwan Mahat, rombongan di terima Ketua Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia Firdaus Gigo Atawuwur di kantor perwakilan YPPAI Kembara Sakti Felda Sahabat Lahad Datu, dalam kunjungan tersebut pihak consul Philippines berharap dapat bekerjasama dan menjadikan YPPAI dan Felda Plantations sebagai mitra untuk pendidikan bagi anak – anak Philippines. Pihak consul Philippines akan menyurati secara resmi kepada YPPAI dan Felda Plantations untuk menjamin kerjasama khususnya bidang pendidikan non formal bagi anak – anak Philippines, apabila kerjasama ini terjalin maka untuk tenaga pengajar bagi anak – anak asal Philippines akan di atur oleh consul Philippines baik pelajaranya maupun baju gurunya, tutur Renato Villa.
Selain mengunjungi Kantor YPPAI rombongan juga menyempatkan diri mengunjungi beberapa sekolahdan melihat langsung proses pembelajarannya. Jelas kurikulum / pelajaran yang di berikan berbeda dengan anak – anak Indonesia, misalnya bahasa Tagalok dan Pendidikan Kewarganegaraan, tutur Firdaus.

PKBM Al Firdaus Beri Pendidikan Ribuan Anak TKI

Sumber : Korankaltim.co.id

PKBM Al Firdaus Beri Pendidikan Ribuan Anak TKI

Potret Lembaga Pendidikan Anak-Anak TKI di Sabah-Malaysia (1)
NIAT dan semangat untuk tetap memberi hak pendidikan terhadap anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Sabah Malaysia, jauh lebih berat tantangan yang dihadapi ketimbang memberi pendidikan anak-anak ditanah air. Seperti perjuangan Firdaus Gigo Atuwuwur membentuk lembaga pendidikan non formal pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) di dalam areal perkebunan kelapa sawit milik Federal Land Development Authority (Felda), Lahad Datu, Sabah Malaysia dibawah Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia (YPPAI).
Awalnya ia membentuk PKBM tingkat sekolah dasar di Keningau, Sabah pada 2006 lalu dengan jumlah siswa hanya 20 anak atas izin dari Distrik Officer (Bupati) Keningau. Meskipun saat itu belum ada satupun perizinan atau rekomendasi dari instansi tanah air Indonesia, ia tetap bertekad memberikan hak pendidikan dengan proses belajar mengajar untuk para anak TKItersebut.
Dengan sekolah kelompok belajar itu, ia memasok kebutuhan buku-buku pelajaran kurikulum sekolah Indonesia secara illegal dari Nunukan, karena jalur resmi dirasakan sangat merepotkan. Akhirnya buku-buku dibawa melalui jalur tikus Nunukan-Kalabakan, Malaysia menggunakan perahu kecil. Beruntung selama memasok buku melalui jalur illegal tidak pernah tertangkap petugas.
"Terpaksa dengan jalan itu walaupun menyalahi aturan, tetapi demi perjuangan anak bangsa, Sungai Bolong (Nunukan) dengan Kalabakan (Malaysia) jadi saksi. Tempat laluan (jalur) saya siang dan malam lewat untuk mengurus itu," cerita Firdaus. "Saya tahu itu melanggar undang-undang, tapi saya lakukan itu mau tidak mau karena demi anak-anak. (Jalur) Resmi susah," tambahnya.
Satu sekolah dasar itu mendapat respon positif dari para orang tua TKI setelah berjalan beberapa bulan, kemudian sekolah dimekarkan menjadi tiga, yakni SD Budi Luhur I Biak, SD Budi Luhur II Asbon dan SD Budi Luhur III Sok Nabawan dengan jumlah sekitar 100 siswa. Awalnya proses belajar mengajar berjalan lancar meskipun dengan fasilitas seadanya seperti ruang belajar hanya menggunakan tenda. Perlahan ia bangun fasilitas sekolah dengan dana swadaya, namun hingga awal 2008 lalu ketiga sekolah tersebut diambil alih Konsulat RI di Tawau karena alasan-alasan tertentu.
"Saya bilang, ya sudah kalau memang konsulat mau ambil alih ya diserahkan saja. Sebenarnya oknum konsulat, bukan lembaganya bahkan secara terang-terangan mengancam guru-guru bahwa jangan ikut saya, kalau tidak dipanggilkan polisi dan imigrasi," ujarnya.
Dengan pengambilalihan itu, pria yang berumur 34 tahun ini pindah ke Lahad Datu dan mendirikan sekolah didaerah bandar kota dibawah Forum Peduli Pendidikan Anak Indonesia (FPPAI), sebelum akhirnya ganti nama menjadi YPPAI dengan jumlah siswa 20 orang. Sekolah ini mendapat izin dari DO Lahad Datu, namun tidak mendapat izin atau rekomendasi dari Konsulat RI di Tawau.
"Luar biasa, ketika saya datang ketemu pegawai daerah (Bupati) saat itu baru saya kenal. Saya datang, Pak saya datang dari Indonesia, dari NGO (Yayasan) punya niat seperti ini. Jadi luar biasa pertemuan dengan pihak kerajaan minta izin itu tidak berlama-lama," ujarnya. (kh/bersambung)

Sabtu, 11 Februari 2012

Anak TKI Harus Sekolah

Kamis, 9 Februari 2012
NUNUKAN – Semboyan “tidak ada anak yang tidak sekolah” bukan hanya digaungkan dunia pendidikan di Indonesia. Semangat itu juga diperjuangkan Yayasan Peduli Anak Indonesia (YPPAI)-PKBM Al-Firdaus di Sabah Malaysia.
“Semangat kita adalah ikut memperjuangkan anak-anak TKI khususnya di Felda Plantations Sdn Bhd Zon, Sabah, Malaysia. Anak Indonesia harus sekolah, walaupun tinggal di tengah kebun sawit,” ungkap Ketua Yayasan YPPAI Firdaus Gigo Atatwuwur.
Di tengah upaya PKBM untuk menjangkau semua anak TKI yang ada, ternyata mendapat apresiasi dan dukungan dari Kementerian Pelajaran Malaysia-Bahgian Perancangan dan Penyelidikan Dasar Pendidikan.
Belum lama ini, bertempat di kantor perwakilan YPPAI di Kembara Sakti Felda Sahabat Lahad Datu, Kementerian Pelajaran dipimpin Puan Khalijah Binti Muhammad selaku Ketua Sektor Perancangan Dasar bahgian Perancangan dan Penyelidikan Dasar Pendidikan, meninjau langsung sistem belajar mengajar di PKBM Al-Firdaus.
Bersama Puan Khalijah tiga pengurus Besar Felda Plantations Sdn.Bhd Zon Sabah yakni, Roserun Bin Sunman, Rahimi Hissan Bin Wahid, Hj. Azhar Bin Deris.
Tidak hanya sekadar kunjungan, tapi rombongan Kementrian Pelajaran ini juga mengadakan rapat bersama pihak Felda dan YPPAI bertempat di Rizot Felda Sahabat 16. Dalam Rapat tersebut Puan Khalijah menyampaikan bahwa Kementrian Pelajaran Malaysia memastikan bahwa Pelaksanaan Dasar Pendidikan untuk semua (Education For All) dapat dilaksanakan sepenuhnya di Malaysia, dan semua anak termasuk anak TKI berhak mendapatkan pendidikan yang sama, baik secara formal mupun non formal.
“Kementrian Pelajaran Malaysia menyambut baik dengan hadirnya YPPAI dan bekerja sama dengan Felda dalam pelayanan pendidikan bagi kanak – kanak Pekerja Indonesia,” ungkap Puan Khalijah.
Berkah kunjungan ini, datangnya tidak hanya dari Kementerian Pelajaran Malaysia, tapi Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana juga berkesempatan untuk menjalin kerja sama dengan YPPAI Perwakilan Sabah Malaysia.
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana yang diketuai Dekan Fakultas Psikologi Dr Anwar Prabu Mangku Negara siap melanjutkan kerja sama, yakni menerjunkan mahasiswa/mahasiswinya membantu kegiatan belajar mengajar di PKBM Al-Firdaus. (ica/ash)

Senin, 06 Februari 2012

PKBM Al Firdaus Dapat Pengesahan Malaysia



Sumber Radar Tarakan (Nunukan)
NUNUKAN – Indonesia patut bersyukur, Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia (YPPAI) melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al Firdaus yang bermarkas di Sabah-Felda Plantations Sdn Bhd-Malaysia, hingga kini masih getol merangkul anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) agar tetap bersekolah.  Lebih dari itu, pencapaian program dan sistem belajar mengajar yang diterapkan selama ini, bahkan mengundang salut Kementerian Pelajaran Malaysia, hingga diterbitkannya surat akreditasi atau pengesahan pemerintah Malaysia pada akhir 2011 lalu, dan disampaikan langsung opleh Puan Khalijah-Pengarah (Direktur, Red), Kementerian Pelajaran bidang Pendidikan Dasar dan Alternatif Malaysia.
“Puan Khalijah yang langsung menyerahkan akreditasi atau pengesahan pendidikan kepada PKBM Al Firdaus, dari Kementerian Pelajaran Malaysia,” ungkap Firdaus Gigo Atawuwur, Ketua YPPAI-PKBM Al Firdaus. Dengan pengesahan tersebut, lanjutnya, dengan demikian optimalisasi pendidikan anak TKI khususnya di Sabah Malaysia menjadi lebih kuat. PKBM Al Firdaus, kini telah menampung kurang lebih 2000 anak TKI yang meliputi pendidikan sekolah dasar yang mencapai 1.600 anak, serta sisanya pendidikan sekolah menengah pertama.
Jenjang pengesahan ini, masih dikatakan Firdaus, tidak sampai menggoyahkan penerapan kurikulum pendidikan Indonesia, kendati Malaysia sendiri menitipkan dua mata pendidikannya, yakni Kewarganegaraan Malaysia dan Bahasa Melayu. Kurikulum Indonesia tentu sama seperti di negara sendiri, yakni pendidikan Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, IPS serta pendidikan penting lainnya.
“Kita menghargai Malaysia sebagai tuan rumah yang menyisipkan dua mata pendidikannya, namun Malaysia juga menghargai dan tidak mencampuri kurikulum Indonesia. Sistem pendidikan kita harus lebih baik, dan ini tidak mempengaruhi rasa nasionalisme anak-anak, itu komitmen kita,” tegasnya. Dijelaskan Firdaus, YPPAI sebelum mendirikan PKBM Al-Firdaus Sabah awal September 2008 lalu, telah mencatat bahwa, ribuan anak TKI di Sabah memang belum sepenuhnya mengenyam pendidikan yang layak, baik formal maupun non formal.
Karena itu, YPPAI yang merupakan lembaga yang bergerak di bidang pendidikan dan kebajikan sosial, prihatin dengan kondisi anak-anak TKI, kondisi dengan aneka persoalan pendidikan yang dihadapi anak-anak Indonesia di Malaysia, khususnya di kawasan perkebunan. “Dengan kondisi masih banyak anak TKI yang tidak bersekolah itulah, sehingga YPPAI merasa terpanggil untuk menjawab mengatasi masalah pendidikan anak TKI. Tapi, banyak juga para TKI yang enggan menyekolahkan anaknya. Ini tantangan PKBM untuk terus berupaya agar anak TKI tidak ada lagi yang tidak sekolah,” targetnya.
Untuk diketahui, dengan sistem dan komitmen yang dimiliki, kini YPPAI semakin berkembang cepat, dan telah memiliki PKBM sebanyak 8 titik, tersebar di perkebunan sawit milik Felda Plantations Sdn.Bhd Zon Sabah. Demi suksesnya kegiatan belajar mengajar yang terkonsentrasi di tengah-tengah kawasan perkebunan ini, YPPAI lantas menjalin kerja sama dengan Federal Land Development Authority (Felda) Plantations Sdn. Bhd, atau Lembaga Kemajuan Tanah Persekutuan zon Sabah - Malaysia semenjak Agustus 2008. Alhasil, Felda memberikan bantuan dasar kelancaran pendidikan anak-anak TKI seperti ruang tempat belajar, fasilitas seperti kursi, meja, lemari termasuk perumahan guru atau tutor beserta fasilitasnya, juga transportasi anak-anak dari ladang ke tempat belajar atau sekolah.
Jalin kerja sama
Selain pengesahan oleh Malaysia, belum lama ini PKBM Al Firdaus kedatangan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Dr. Anwar Prabu, 28-30 Januari lalu. Kunjungan ini, sekaligus mengeratkan rencana kerja sama antara Universitas Mercu Buana dengan Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia dalam hal pendidikan anak-anak Tenaga kerja Indonesia yang berada di wilayah perkebunan sawit Felda Plantations Sdn.Bhd. Misinya, pengiriman Mahasiswa Universitas Mercu Buana yang nantinya akan membantu mengajar di PKBM Al Firdaus. (ica)