YAYASAN PEDULI PENDIDIKAN ANAK INDONESIA

Jumat, 17 Februari 2012

Serasa di Tanah Air, Fasilitas Lebih Baik dari SD Negeri

 Sumber: Koran Kaltim
Potret Lembaga Pendidikan Anak-Anak TKI di Sabah-Malaysia (5-habis)
SEKITAR 24 ribu Tenaga Kerja Indoensia (TKI) yang bekerja di perkebunan kelapa sawit Federal Land Development Authority (Felda), wilayah Sabah Malaysia patut bersyukur dengan kehadiran Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Al Firdaus dibawah Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia (YPPAI).
Dengan kehadiran PKBM Al Firdaus, saat ini sudah sekitar 2 ribu dari diperkirakan 5 ribuan anak-anak TKI usia sekolah yang berada di perkebunan kelapa sawit Felda Sabah sudah tersentuh pendidikan. Meskipun pendidikan non formal, namun peserta didik diberikan fasilitas formal dan kualitas yang bisa lebih baik dari sekolah formal di tanah air.
“Kalau setiap pagi turun sekolah, banyak anak-anak kita nunggu bus hantaran sekolah dipinggir-pinggir jalan. Sudah seperti berada di Indonesia, pakai seragam sekolah merah putih yang SD, biru putih yang SMP,” kata Ketua YPPAI, Firdaus Gigo Atawuwur.
Untuk kurikulum, pihaknya juga menggunakan mata pelajaran standar Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) Indonesia. Hanya mulai tahun ini, akan ada tambahan dua mata pelajaran yakni Bahasa Melayu dan Kewarganegaraan yang gurunya dari pihak Malaysia. PKBM Al Firdaus juga memiliki Gudep Pramuka, Tunas Malindo.
“Kalau setiap upacara, anak-anak kita menganyikan dua lagu. Pertama lagu Indonesia Raya, yang kedua lagu kebangsaan Malaysia. Karena kita mengambil prinsip, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung,” jelasnya.
Apalagi, Pemerintah Malaysia dan Felda yang merupakan perusahaan milik Kerajaan Malaysia (BUMN) turut mendukung penuh penyelenggaraan pendidikan untuk anak-anak TKI tersebut. Perijinan diberikan Pemerintah Malaysia dan fasilitas pendidikan dibantu oleh Felda.
Baru-baru ini, PKBM Al Firdaus mendapat bantuan 10 unit komputer dari Felda Pro Data.Rencananya, komputer itu akan dipergunakan untuk untuk membuka fasilitas laboratorium PKBM. "Jadi anak-anak kita nanti sudah tahu komputer, tahu internet, bisa belajar banyak hal melalui internet," ujarnya.
Jika dibandingkan dengan fasilitas sekolah dalam negeri didaerah pedalaman seperti di Krayan Selatan, fasilitas bahkan bisa jauh lebih baik. Pertama gedung sekolah yang diberikan dalam kondisi bangunan permanen, kedua, guru juga diberikan perumahan yang layak huni lengkap dengan perlengkapan rumah tangga.
Beberapa waktu lalu, puluhan siswa Al Firdaus diberangkatkan ke Desa Pare, Kediri selama satu bulan untuk belajar bahasa Inggris. “Sebenarnya PKBM ini pendidikan non formal yang sudah seperti formal, hanya status saja sebagai lembaga pendidikan non formal. Segala fasilitas dan proses belajar sudah sama dengan formal,” ujarnya. Namun untuk menjadikan sekolah formal, pihaknya mengaku terkendala biaya dan proses perijinan yang panjang dan lama.
Salah satu Pejabat Pengurus Besar Wilayah Felda Sahabat, Sabah, Tuan Juany bin H Salleh mengatakan pihaknya memberi perhatian besar terhadap pendidikan, tidak terkecuali untuk anak-anak TKI. “Kita sama-samalah antara Indonesia dan Malaysia, kita serumpun. Mereka tenaga kerja pun datang kesini menyumbang tenaga dan kita tidak melupakan merekalah, jadi anak mereka kita ikut-ikutkan ke program yang baiklah," ujarnya. “Kehadiran mereka umpama patner bagi kita disini, mereka juga menyumbang tenaga disini, kalau tidak ada tenaga kerja susah kita berusaha ketika diladang, mereka juga manusia biasa jadi kita mengambil kira lah,” tambahnya.(kh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar