Sumber: Koran Kaltim
Potret Lembaga Pendidikan Anak-Anak TKI di Sabah-Malaysia (3)
TIDAK seperti beberapa pemberitaan media massa tentang pendidikan
anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terlantar di perkebunan kelapa
sawit perusahaan Malaysia, ternyata ribuan anak-anak TKI di perkebunan
sawit perusahaan Federal Land Development Authority (Felda), Lahad Datu,
Sabah Malaysiadapat mengenyam pendidikan yang layak.
Melalui lembaga pendidikan non formal Pusat Kegiatan Belajar Mengajar
(PKBM) Al Firdaus dari Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia
(YPPAI), telah dibentuk 14 kelompok belajar terdiri dari 12 tingkat
Sekolah Dasar (SD) paket A dan 2 tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP)paket B. Saat ini tercatat 1.133 siswa tingkat SD, 70-an tingkat
SMP dan 500-an siswa PAUD, meskipun masih banyak anak TKI usia sekolah
di areal perkebunan tersebut yang belum bergabung.
Dengan jumlah hampir dua ribu siswa itu, tentu segala operasional
kegiatan proses belajar mengajar membutuhkan biayabesar. Pihak PKBM
mengenakan iuran siswa sebesar 15 Ringgit Malaysia atau setara Rp45 ribu
(kurs Rp3.000 per RM) setiap bulannya untuk membiayai operasional
sekolah meskipun tidak juga mencukupi karena banyak siswa yang tidak
dapat membayar.
“Kalau semua bayar bisa terkaver, tapi kan tidak semua, karena kalau
rata-rata satu keluarga ada empat anak, sudah berapa?, jadi banyak
kebijakan, paling satu dua yang lain tidak bayar,” kata Ketua YPPAI
Firdaus Gigo Atuwuwur. Saat ini puluhan ribu RM iuran siswa yang tidak
terbayar.
Dalam merekrut tenaga pengajar atau guru,iamenekankan bahwa menjadi
pengajar di Al Firdaus bukan mencari penghasilan, melainkan diharapkan
sebuah pengabdian terhadap anak-anakpahlawan devisa tersebut.
Namundukungan besar Felda, diberikan fasilitas perumahan guru termasuk
listrik dan air serta biaya makan dari pihak YPPAI.Saat ini tercatat 35
guru termasuk staf kantor.“Salah satu pernyataan disini adalah mengabdi
bukan cari gaji, tapi kita tahu orang kerja pasti butuh makan, itu
wajar,” ujarnya.
Yang menjadi ironis, saat Pemerintah Indonesia tidak membantu dana
untuk kegiatan belajar mengajar di PKBM Al Firdaus yang menaungi ribuan
anak-anak TKI, justru pihak Pemerintah Malaysia memberidukungan penuh
melalui Felda sebagai perusahaan negara Malaysia (BUMN) dengan
menyediakan segala fasilitas mulai gedung sekolah, perumahan guru, bus
anak sekolah.Bahkan Felda memberi tunjangan tambahan penghasilan kepada
para guru pengajar sebesar 500 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp1,5 juta
(kurs Rp.3.000) per bulannya.
“Kesulitan kita adalah guru, karena merekrut guru untuk datang kesini
membutuhkan biaya, sementara kita masih berjalan berdasarkan
operasional yang ada 15 ringgit dengan bantuan perusahaan,”
jelasnya.“Haram bagi Firdaus, kalau mengambil 15 ringgit itu untuk
keperluan pribadi memperkaya diri, umur tidak panjang,” tambahnya.
Selain itu, PKBM Al Firdaus baru-baru ini mendapat bantuan 10 unit
komputer dari Felda Pro Data.Rencananya, komputer itu akan dipergunakan
untuk untuk membuka fasilitas laboratorium PKBM. "Jadi anak-anak kita
nanti sudah tahu komputer, tahu internet, bisa belajar banyak hal
melalui internet," ujarnya.
Salah satu Pejabat Pengurus Besar Wilayah Felda Sahabat, Sabah, Tuan
Juany bin H Salleh mengatakan pihaknya memberi perhatian besar terhadap
pendidikan, tidak terkecuali untuk anak-anak TKI.Pendidikan menurutnya,
merupakan hal penting untuk masa depannegara.
"Kita sama-samalah antara Indonesia dan Malaysia, kita serumpun.
Mereka tenaga kerja pun datang kesini menyumbang tenaga dan kita tidak
melupakan merekalah, jadi anak mereka kita ikut-ikutkan ke program yang
baiklah," ujarnya.
Keberadaan TKI di perusahaannya disambut baik dan dinilai sangat
mendukung perusahaan."Kehadiran mereka umpama patner bagi kita disini,
mereka juga menyumbang tenaga disini, kalau tidak ada tenaga kerja susah
kita berusaha ketika diladang, mereka juga manusia biasa jadi kita
mengambil kira lah," tambahnya.(kh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar